Mengetahui Penyakit ‘Ain dan Adab Bersosial Media di Era Digital Menurut Islam


 Mengetahui Penyakit ‘Ain dan Adab Bersosial Media di Era Digital Menurut Islam

Oleh : Firmansyah Nugroho Nurokhman

Di era digital yang semakin berkembang pesat membuat perkembangan media sosial juga tidak dapat dihindarkan lagi. Dari yang tua sampai yang muda, bahkan anak-anak pada usia yang seharusnya masih asyik dengan permainan-permainan tradisional kini sudah merambah ke gadget yang berisi bermacam-macam media sosial. Mereka sudah dapat menggunakannya secara leluasa dengan umur yang belum mampu untuk menyaring informasi mana yang layak dikonsumsi dan yang tidak.

Media sosial telah menjadi tempat yang baru bagi siapa saja yang tertarik dan mengajak orang-orang untuk berkontribusi didalamnya dengan umpan balik secara terbuka, memberi komentar, dan membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Namun dengan banyaknya keuntungan yang didapat dari cepatnya mendapatkan informasi, media sosial juga dapat menimbulkan dampak negatif. Contohnya peredaran berita yang belum diketahui kebenarannya, ghibah, hate speech (kebencian), fitnah dan adu domba, hingga dapat menimbulkan penyakit ‘ain.

Seringkali dalam bersosial media kita selalu menampakkan hal-hal yang baik dalam hidup kita, seperti gaya hidup, pencapaian dan hal-hal lain yang dapat mendorong orang lain memuji kita. Tapi tahukah kita bahwa kita dapat tertimpa malapetaka hanya karena sebuah pujian. Penyakit ini disebut ‘ain yaitu penyakit iri dengki atau kagum kepada kita yang dapat mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya. Penyakit ini berasal dari penglihatan atau tatapan mata dan berakibat munculnya rasa iri dengki.
Rasulullah SAW menegaskan dalam salah satu haditsnya perihal nyatanya wujud ‘ain
 “Ain itu nyata (Haq), kalau saja ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ‘ain akan mendahuluinya”. (HR Muslim).

Dikatakan juga oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalany dalam Fath al-Bari, beliau mengatakan ‘ain adalah pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk yang mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya” (Juz 10, hal. 200).

Penyakit ‘Ain ini dapat terjadi hanya melalui tatapan mata dan hati.

Jadi dapat diketahui jika sedang dipuji atau memuji terdapat adab-adabnya. Katakanlah “Alhamdulillah” minta keberkahan dari orang yang memuji karena ketika kita tidak meminta keberkahan atas apa yang dia puji maka berhati-hatilah. Seperti kata Ibnu Hajar, “Ketika seseorang dipuji justru meninggikan hati, itulah yang menjadikan malapetaka”.

Dengan adanya dampak media sosial untuk kehidupan kita, maka sebagai seorang muslim sudah seharusnya untuk kita mengetahui adab-adab dalam bersosial media agar dapat terhindar dari dampak-dampak negatifnya. Dalam buku Akidah Akhlak Kelas VIII yang diterbitkan Kementerian Agama (2000), terdapat beberapa adab atau etika dalam bersosial media menurut pandangan Islam:

1. Tabayyun (Memeriksa Kebenarannya)
Dalam bersosial media, Islam tidak membenarkan adanya share berita tanpa memeriksa kebenarannya secara mendalam. Sebagai seorang muslim sudah seharusnya bagi kita untuk tidak secara langsung menyimpulkan sebuah berita, kita harus mampu menyaring apakah berita yang sedang kita terima merupakan kebenaran atau tidak.

Dalam Q.S Al-Hujurat ayat 6 disebutkan bagaimana adab dan cara menyikapi sebuah berita yang kita terima, sebagai berikut:
 “Hai orang-orang yang beriman, jika ada seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat : 6)

2. Menyampaikan Informasi dengan Benar
Tidak menyebarkan informasi yang belum diketahui kebenarannya karena Islam mengajarkan untuk selalu berkata jujur dan memberikan informasi yang dapat dipercaya. Dalam penyampaiannya pun harus diungkapkan dengan baik dan tidak mengandung qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu.

3. Tidak Menebar Fitnah, Kebencian, dan Hal-Hal Negatif
Setiap muslim hendaknya bijak dalam menggunakan media sosial dengan mengedepankan etika, logika dan perasaan sehingga hal ini dapat menghindarkan dari berita-berita atau prasangka-prasangka yang tidak berdasar, karena dapat memicu fitnah, kebencian, adu domba, bahkan saling mengolok-olok antar sesama. Hal ini bertentangan dengan islam rahmatan lil alamin. Dikutip dari laman Institut Agama Islam Negeri Surakarta oleh Dr Ismail Yahya, M.A kata Islam secara bahasa berarti damai, keamanan, kenyamanan, dan perlindungan. Sedangkan, dalam agama, Islam adalah manifestasi dari damai itu sendiri. Dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda, "Seorang Muslim itu adalah orang yang orang-orang Muslim lainnya merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya." Dari hadist ini bisa diambil kesimpulan bahwa islam mengajarkan untuk mewujudkan perdamaian dan keselamatan, dan orang muslim tersebut adalah mereka yang memanifestasikan nilai-nilai luhur islam tersebut. 

4. Media Sosial Digunakan untuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar, membela yang haq dan memberantas segala bentuk batil atau kemungkaran.
Dalam firman-Nya, Allah SWT meminta agar setiap manusia membela segala sesuatu yang baik dan benar, seperti diterangkan dalam surah berikut:

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran:104)
Hendaknya kita dapat mengamalkan adab-adab tersebut agar menjadi lebih bijak dan terhindar dari dampak-dampak negatif bersosial media. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita.


BIOGRAFI PENULIS :

 
Nama : Firmansyah Nugroho Nurokhman
Institusi : Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta
Pekerjaan : Mahasiswa
Instagram : @monogatari101




0 Response to "Mengetahui Penyakit ‘Ain dan Adab Bersosial Media di Era Digital Menurut Islam"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel